Rabu, 14 Februari 2018

Petualangan Hujan Gerimis



Sudah pada tahu dong kalo Bogor punya icon oleh-oleh yang kekinian?  Yup,  Bogor Raincake,  kue yang dimiliki artis Shireen Sungkar.  Saya sendiri sudah coba kue varian 'Ovomaltine'nya. Rasanya didominasi rasa green tea dengan kue krackers di bagian tengahnya,  dan taburan serutan coklat rasa green tea dan coklat. 





Jenis kue terbarunya yang juga saya coba adalah kue keringnya yang rasa ubi ungu. Kalo anak-anak saya lebih suka dengan kue keringnya, krekes krekes. .. 




Sambil bermain piknik dan tenda kami menyiapkan kue-kue ini untuk camilan. 

Bogor Raincake sebuah oleh-oleh kekinian artis yang hits di Bogor baru-baru ini mengeluarkan web series sebanyak empat episode tentang hujan. Bintang utama ceritanya tentu saja Mba Shireen sang pemilik Bogor Raincake bersama pasangan halalnya Teuku Wisnu. Saya sukaaaa sekali dengan semua seriesnya. Benar-benar dibuat dengan apik, dari mulai cerita, pengambilan gambar, akting, latar, dekorasi sampai pakaian yang mereka pakai, simple but fashionable, semuanya enak diliat. Web series ini merupakan rangkaian cerita tentang hujan. Hujan yang membawa berkah dan keteduhan.

Berbicara soal hujan, saya selalu ingat pesan pak suami (paksu) kepada saya dan anak-anak bahwa hujan adalah berkah.  Saat hujan ambillah sedikit airnya dan usapkan pada kepala sembari berdoa. Berdoa apa yang kita harapkan kepada Allah. "Karena saat hujan adalah saat air mengkristal dan naik ke atas langit".... - Web Series Hujan Bogor Raincake episode 2-. Tak lupa untuk berdoa di kala hujan...  "Allahumma Sayyiban Naafian... "

Hampir setiap hari hujan mengguyur rumah kami, entah karena saat ini musim hujan atau karena kami tinggal di Bogor 'Kota Hujan'. Tapi rencana kami untuk berwisata di hari minggu kali ini tidak tergoyahkan. Menyadari hujan yang sering menghampiri saya mempersiapkan diri dengan membawa beberapa jas hujan. Sementara ibu lebih nyaman untuk membawa payung.

Tujuan wisata kami kali ini memang bukan di kota Bogor, tapi kami ingin mengajak ibu yang sedang berkunjung ke rumah kami untuk mencicipi salah satu transportasi utama di kota Bogor, Kereta KRL. Kereta menjadi salah satu urat nadi Bogor karena menghubungi kota ini dengan kota utama lainnya, Depok, Bekasi, Tangerang dan tentu saja ibukota Jakarta.

Kereta sudah seperti bagian hidup dari warga Bogor karena dengan tarifnya yang terjangkau, semua kalangan masyarakat dapat merasakan terhubung dengan berbagai daerah untuk berbagai alasan, berwisata, berkuliner, jual beli, bersilaturahmi dan tentu saja mencari rezeki. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bogor menjadi kota pilihan tempat tinggal bagi pekerja di Jakarta dan sekitarnya. Selain karena harga pemukimannya yang masih terjangkau kota Bogor memiliki suasana yang lebih teduh dibandingkan kota sekitarnya karena seringnya turun hujan.
"langit menjadi lebih teduh setelah hujan turun". - Web Series Hujan Bogor Raincake.

Pagi hari kami sudah siap untuk memulai petualangan berkereta. Kami berangkat dari Stasiun Cilebut yang terdekat dari rumah, satu stasiun setelah stasiun Bogor. Stasiun Cilebut rupanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, telah dibangun lorong bawah tanah untuk menyebrangi rel. Jika dulu orang sembarangan menyebrang rel yang sangat berbahaya bagi keselamatan, kali ini kami bisa menyebrang dengan lebih tenang, meski harus berjalan lebih jauh naik turun tangga. Safety first!
                

                

Kami memilih berangkat pagi agar bisa mendapat tempat duduk di dalam kereta. Alhamdulillah kami semua mendapat tempat duduk. Di beberapa stasiun berikutnya kereta mulai sesak, rupanya banyak juga yang ingin berlibur di hari itu.

                

                

Tujuan kami kali ini berkereta adalah menuju Monas, ikon kota Jakarta. Selain karena ibu, suami dan anak-anak belum pernah kesana, si sulung juga sangat menyukai museum! Sejak kecil saya sudah mengajarkan anak-anak berkunjung ke museum dan membuatnya terlihat menarik. Saya ceritakan apa saja yang ada disana berharap mereka memiliki ketertarikan yang lebih pada museum. Sepertinya saya cukup berhasil 😄

Kami sampai di Stasiun Juanda, Jakarta. Samar saya mendengar suara yang indah di tengah gemuruh kereta. Saya tahu, itu hujan. Rupanya pagi sekali hujan sudah menemani kami berpetualang.

Hujan rintik, kami memutuskan untuk terus berjalan menyempatkan diri melihat kemegahan Masjid Istiqlal yang letaknya bersebelahan dengan Stasiun Juanda. Ibu mulai kepayahan harus menaiki jembatan penyebrangan yang memiliki banyak anak tangga setelah sebelumnya naik turun tangga di dua stasiun. Saya terus menggandengnya dan beberapa kali membantunya menaiki tangga saat pinggangnya mulai sakit. "Ayo bu semangat", ucap saya. Ibu tersenyum, meskipun lelah saya tahu dirinya tetap semangat menjalani petualangan ini.

Subhanallah, luar biasa besarnya Masjid Istiqlal. Saat itu sedang ada kajian di masjid. Senang melihat banyaknya pemuda pemudi yang datang mengikuti kajian. Meski ada keinginan untuk masuk dan mendengarkan kajian kami memutuskan untuk terus berjalan menuju Monas mengingat terbatasnya waktu. Namun meski saya baru bisa menapaki halaman masjid, ada rasa haru yang mendalam, menyesak di dalam dada. Haru akhirnya dapat melihat langsung Masjid Istiqlal dan bahagia karena hari itu saya melewatinya dengan orang-orang tersayang.

Hujan mulai membesar dan angin bertiup kencang. Disitulah kami memutuskan untuk memakai jas hujan dan payung. Angin kencang menyibak pakaian kami,  payung ibu pun berkali kali terbalik tertiup angin, kami tertawa. Alhamdulillah hujan dapat pula membuat kami tertawa membawa keceriaan.
                


Kami melihat ada bendi/delman berwarna warni. Sontak Paksu memutuskan untuk menaikinya ke Monas. Anak-anak tentu saja ceria. Ibu bukan main cerianya selain karena seru bisa menaikinya bersama cucu-cucu juga karena senang tidak harus berjalan jauh 😄
                

Hari itu Monas cukup ramai. Meski hujan, tak menyurutkan orang orang berkunjung. Sejauh mata memandang hanya ada kami dan satu dua orang saja yang menggunakan jas hujan atau payung. Yang lainnya berhujan hujan ria di tengah gerimis.
                       
                    

Sudah bertahun-tahun saya tak menatap langsung Monas, bahagia rasanya. Terlebih bagi ibu, suami dan anak anak yang baru pertama kali mengunjunginya. Mata mereka berbinar sesampainya disana meski hanya menatap dari luar.


Kami hanya dapat memasuki bagian dalam monas karena tiket untuk menaiki tugu sudah habis dengan antrian yang sangat panjang. Di dalam monas hanya saya dan si sulung yang konsisten melihat isinya dari awal sampai akhir. Paksu, si kecil dan ibu duduk kelelahan di dalam monas sambil menikmati suasana. Sementara saya sibuk menjelaskan semua isi museum pada si sulung. Ini adalah kesempatan emas untuk mengajarinya sejarah Indonesia dengan cara yang menyenangkan.

                

                


Isi museum Monas adalah sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indonesia. Sangat sarat ilmu pengetahuan. Saya pun kembali belajar. Si sulung yang masih duduk di kelas dua SD menatap kejadian demi kejadian dengan lekat dan cukup bisa memahami beratnya perjuangan mendapat kemerdekaan.

Saat matahari terik kami sudah kembali pulang. Setelah menyempatkan diri untuk makan siang bersama kami kembali menaiki kereta krl menuju Bogor.

Petualangan hujan kali ini penuh makna. Setelah sekian lama akhirnya ibu dan kami dapat kembali bercengkrama. Membawanya berwisata, berpetualang di tengah hujan membawa kebahagiaan.  Ikatan batin antara ibu dan anak, nenek dan cucu kembali terjalin. Senyum di bibirnya sungguh tak ternilai.

Hujan mengantar kami mendapatkan kehangatan keluarga, pengetahuan, membawa keceriaan, memberikan pengalaman, mengikatkan batin kami dan memberikan kenangan indah yang saya yakin akan terperi di hati kami masing-masing sampai kapan pun. Hujan, kembalilah hiasi cerita hidup kami.

"Hujan selalu datang bersama keberkahan. Pergi mewarisi teduh. Dan menjadikan kehangatan sebagai perasaan sempurna" -Web Series Hujan Bogor Raincake episode 1-








Tidak ada komentar:

Posting Komentar