Cerpen
Om Bule dan Kereta Api
Oleh Dela Posita
Liburan sudah berakhir. Sudah satu minggu lamanya Mia, mama dan kakak berlibur di rumah
nenek. Saat liburan sekolah adalah saat saat paling menyenangkan bagi Mia karena dapat bermain dran bermanja ria bersama kakek dan nenek. Ya, rumah kakek dan nenek berada di kota yang berbeda
sehingga Mia sulit bertemu dengan mereka. Hanya di waktu waktu tertentu seperti liburan sekolah inilah Mia dapat bertemu dalam waktu yang lama.
Mama sudah berkemas sejak kemarin. Hari ini Mia akan kembali ke Jakarta menggunakan kereta api. Mia cemberut dan bermalas malasan di kasur nenek. Berat rasanya untuk mengakhiri liburan ini dan meninggalkan nenek dan kakek. “Mia, hari ini kita harus pulang. Nanti kapan-kapan kita main lagi ke
rumah nenek”, ucap mama. Mia hanya terdiam.
Ges.. ges… gess… suara kereta api sudah terdengar. Hiruk pikuk orang di stasiun kereta api
sangat terasa. Sebenarnya Mia sangat menyukai bepergian dengan kereta api. Pemandangan sepanjang jalannya selalu membuat Mia terpesona. Sawah yang terhampar luas, pepohonan yang bergoyang ditiup
angin, rumah dan kendaraan yang terlihat terlewat dengan cepat, hembusan angin dari luar gerbong yang menyegarkan…. Aahhh… berwisata dengan kereta api memang selalu menyenangkan. Apalagi berkendara dengan kereta terbebas dari kemacetan dan rasa mual seperti saat berkendara dengan bis. Karena itulah
berwisata dengan kereta api selalu menjadi pilihan keluarga Mia.
Tapi tidak kali ini. Kereta Parahyangan yang akan dinaiki Mia dan keluarga kali ini adalah kereta malam. Pemandangannya sudah tentu gelap. Dan malam itu penumpang kereta tujuan Jakarta luar biasa padat. Belum pernah Mia melihat kereta sepenuh ini.
Satu tangan mama memegang erat tangan Mia. Sementara tangan satunya menenteng tas bawaan.
Kakak yang sudah lebih besar berjalan di samping mama. Setelah mendapati gerbong sesuai tiket mama membawa Mia dan kakak ke dalam kereta. Hari itu penumpang membludak! Mungkin karena dua hari lagi liburan akan berakhir, dan anak-anak akan segera masuk sekolah.
Gerbong yang Mia naiki penuh sesak dengan penumpang. Banyak orang yang duduk di bawah lantai kereta. Sampai sampai Mama dan
Gerbong yang Mia naiki penuh sesak dengan penumpang. Banyak orang yang duduk di bawah lantai kereta. Sampai sampai Mama dan
Mia harus berjalan pelan dan hati-hati.
Semua tempat duduk sudah terisi. Tiga seat kursi yang seharusnya menjadi bagian mama, kakak dan Mia hanya tinggal tersisa dua. Yang satu sudah terisi oleh penumpang lain dengan beberapa anak yang usianya lebih kecil dari Mia. Mama pun memilih mengalah dan duduk dengan menggendong Mia.
Setelah menunggu beberapa lama akhirnya masinis menjalankan keretanya. Tiupan angin malam
langsung terasa. Untungnya mama sudah mengenakan jaket dan kaos kaki untuk Mia dan Kakak. Mama
memeluk Mia yang berada dalam pangkuannya. Mia memandangi sekitarnya. Jika biasanya satu jajaran kursi kereta api hanya diduduki oleh dua orang, kali ini kursi tersebut diduduki tiga sampai empat orang.
Semua penumpang duduk berdempetan. Anak-anak kecil banyak yang dipangku oleh orang tuanya. Yang tidak beruntung tentu saja duduk di lantai kereta api.
Ada yang menarik perhatian Mia. Diantara sesaknya penumpang, ada seorang pria asing, om bule
yang duduk di bangku seberang Mia. Om bule terlihat santai duduk berdesakan. Dia pun memberikan
senyuman pada Mia yang memandanginya. Mia mulai gelisah. Duduk di atas mama lama-lama membuatnya tak nyaman. Ingin sekali Mia bebas duduk sendiri. Om bule yang duduk di kursi seberang Mia tiba tiba saja menawarkan kursinya.
Dengan bahasa Indonesia berlogat bahasa Inggris dia berkata, “Adek… duduk disini saja. Di sebelah saya masih ada tempat”. Mama memberikan izin dan Mia segera pindah duduk di sebelah om tersebut. Mia gembira.
Pelajaran yang paling Mia sukai di sekolah adalah bahasa inggris dan Mia tak sabar untuk berbincang bahasa inggris dengan om bule tersebut. Sepanjang perjalanan Mia dan om bule sibuk bercerita, apa saja. Om bule bercerita tentang rumahnya, kegiatannya dan yang menarik om bule memiliki perkebunan dan peternakan kuda di daerah Jawa Barat.
Mia membayangkan bagaimana asiknya berkuda. Sebenarnya om bule lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia karena dia sudah lama tinggal di Indonesia dan cukup fasih menggunakan
Bahasa Indonesia. Namun Mia memberanikan diri untuk sesekali bertanya menggunakan bahasa Inggris. Meskipun Bahasa Inggris Mia masih terbata bata tapi om bule mau mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Mia.
Om bule lalu mengeluarkan sebuah post card. Dia menuliskan sesuatu dan memberikannya pada Mia. Pada satu sisi kartu tersebut bergambar pemandangan keindahan hamparan kebun teh di daerah Jawa Barat. Sedangkan di sisi lain kartu tertulis sebuah alamat. “Ini alamat rumah om di Bandung. Nanti kapan-kapan kamu bisa kirim surat kesini”, om bule menerangkan. Mia tersenyum dan memegang kartu
tersebut.
Perjalanan malam itu berubah menjadi sangat menyenangkan. Meskipun malam itu penuh sesak
dengan penumpang tapi Mia merasa senang bertemu dengan om bule. Selain baik hati, om Bule
memberikan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris bagi Mia.
Angin semakin menusuk tulang, tanda hari semakin malam. Tiga jam sudah berlalu. Sebentar lagi
kereta api akan sampai ke tujuannya, Jakarta. Selepas bercerita panjang lebar dengan om bule, Mia mengantuk dan tertidur di kursi sambil memegang erat kartu yang diberikan om bule.
Samar-samar Mia mendengar suara. Mama membangunkan Mia untuk bersiap-siap. Stasiun
tujuan mereka akan segera tiba. Mama bilang papa sudah menunggu di stasiun untuk menjemput. Mia
masih mengantuk dan terkejut kebingungan mencari-cari om bule yang sudah tidak ada di sampingnya. Namun kereta sudah berhenti. Terdengar pemberitahuan bahwa kereta sudah sampai di tujuan dan penumpang dipersilahkan turun.
Mama bergegas membawa mia dan kakak. Kali ini jalanan gerbong sudah lowong. Banyak penumpang yang sudah turun di stasiun sebelumnya.
Mama bergegas membawa mia dan kakak. Kali ini jalanan gerbong sudah lowong. Banyak penumpang yang sudah turun di stasiun sebelumnya.
Mia senang melihat papa. Mia dan kakak segera mencium tangan papa saat bertemu. Mama
berhenti sesaat di stasiun untuk membeli beberapa makanan dan minuman. Peluit kereta api sudah
dibunyikan. Kereta Parahyangan sudah mulai bergerak untuk pergi ke stasiun berikutnya. Mia tertegun, sambil memegangi post card. Mia tak bergeming dari tempatnya, terus memperhatikan kereta yang
beranjak pergi. Mia masih berharap dapat melihat dan melambaikan tangan pada om bule. Tiba-tiba seorang bapak yang tadi juga duduk berdekatan dengan Mia berkata “Dek… om tadi sudah pergi… dia
turun di stasiun sebelumnya.”. “Tadi adek tidur, jadi dia tidak mau membangunkan adek”, ujar bapak
tersebut sambil tersenyum.
Mia terkejut mendengar penjelasan si Bapak. Mia sedih karena belum sempat mengucapkan
terima kasih dan salam perpisahan kepada om bule. Mia pun segera berbalik menghampiri mama. Dalam
hati Mia berjanji akan segera mengirimkan surat kepada om bule. Mia akan menceritakan tentang teman-
teman, sekolah dan tentunya tak lupa berterima kasih atas kebaikan yang telah diberikan om bule.**
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar