Senin, 06 November 2017

Interview Violin Teacher Trainer: Dr. Lan Ku Chen by Dela Posita


Several times ago I have chance to interview Dr Lan Ku Chen and have published in Suzuki Music Association Indonesia Newsletter (SMAI), October Edition. This is my first english writing. Thank you for Mrs Therese Wirakesuma that had edit my writing. To see Smai newletter october edition please click https://drive.google.com/open?id=14n4jWm5s_61eQRr8tYwZVHlRtcgSujtw

Mr Chen is a chairperson of Taiwan Education Association and a certified violin teacher trainer of Asia Region Suzuki Association (ARSA).  He actively teaching in Indonesia for Suzuki Violin Teacher Training. Dr Chen have published many books like 'A Violin Pedagogy'.  This is an interview of his experiences for years in teaching.




What is the major life lessons that a life of music pedagogy and
teaching experience has given you?
Every lesson moment is new experience and every
teaching moment is a major learning experience. In every lesson we have
to see what is the most important thing that we can give. Every moment
when we teach, we have to progress and try with our best of teaching. We
teach always using our heart. I see every teaching is as critical because
every time you teach you influence a people.

What is your most important life experience?
If you want to do your live your life fully, you have to be aware, how you
interact with other people, with your students, with friends. Every moment
you have to be aware, you have to not loose your concentration, that’s why
we do Daily exercise, its awareness concentration. So we live our life with
awareness and fully.

Are you teaching the same technique with every student?
The principal is the same, the steps, but then you meet students with
different levels and different techniques, you have to adjust and sometimes
student can’t take it so I will change to another direction. So we have to
find a way and the approach can be different. The principal is to teach step
by step, but you have to go in a horizontal direction to make the student go
to the next level of this is the basic principle. The principle is the same but
people have a different background and it’s different issues. Some people
have more vibrato for example, some not, its ok, you don’t have to worry
about that. So teaching is to first understand the principle, then you have to
horizontal teaching pedagogy, and different approach and method to do the
same thing.



How you produce many good student in young age?
Use very small steps! That’s a Suzuki principle. We are teaching in very
small details and steps and then we do bigger steps with the small steps, so
every student’s can achieve success. And also the steps has to follow the
principles too, so you don’t waste time. Sometimes we go to steps that waste time. But you have to not waste your student’s time, this is the
principle of the Suzuki way then you have to be able to follow the steps.

Do you have other experience to share with others?
Harmony! This means that we try to work together as team like in our
association, we work together. You want to have harmony with other
people. **(Delapos- Suzuki Violin Teacher, Bogor)**

More info about Suzuki Music Association of Indonesia please click www.suzuki-indonesia.org




Selasa, 16 Mei 2017

Lemongrass resto cantik nan romantis yang selalu dipenuhi pengunjung

Lemongrass berada di daerah jalan Pajajaran. Resto ini memang hits banget di daerah Bogor, sampai sampai banyak orang luarkota yang datang. Manajemen dan publikasinya sepertinya sukses besar sehingga tempat ini terkenal dan membuat orang penasaran ingin datang.

Bertepatan dengan azan magrib kami sampai di Lemongrass, pas waktu saya berbuka puasa. Kami langsung memesan tempat di 'no smoking' area. Kesan pertama anak anak saat sampai disana adalah terpana dengan dekorasinya yang indah. Lampu dimana mana, berkilau membuat suasara indah nan romantis.



Daerah no smoking nya tidak begitu besar,  lebih banyak untuk smoking area, sayang sekali. Karena banyak orang mengantri untuk mendapatkan daerah no smoking, beberapa membawa anak anak. Restauran ini memang selalu penuh dengan pengunjung. Setiap saya lewat tempat ini untuk bekerja parkirannya penuh sesak sampai luar. Pernah juga kami datang antrian sudah sampai luar dan akhirnya memilih pulang.


Sementara daerah smoking area yang ada di bagian luar dan lantai atas banyak yang kosong.



Kalau kita masih tahan dengan asap rokok bisa saja memilih smoking area,  tapi selama saya membawa anak dan suami yang punya asma sih tidak menjadi pilihan ya.

Sambil menunggu pesanan datang saya sempat ikut shalat di mushola pegawai yang super mini. Meski masih bersyukur mendapatkan tempat shalat saran saya pihak restauran dapat menyediakan tempat shalat yang lebih leluasa dan nyaman.

Selepas shalat ternyata makanan sudah tersaji di meja, hmmm cukup cepat pelayananannya.  Kami memesan roti tissue, bebek hainan, ayam hainan, ayam bawang putih, beberapa jenis dimsum, minuman greentea,  bubble gum ice dan teh tarik. Wuowww mentang mentang buka puasa jadi kalap 😂

Kalau kami simpulkan rasa makanannya adalah lumayan atau cukup saja. Roti tisu yang sangat hits itu memang memiliki penampilan yang sangat unik, menjulang seperti gunung berapi. Rasanya enak (toping keju dan coklat pasti enak lah ya...) tapi sedikit, karena rotinya dibikin tipis 😆

Ayam dan bebek hainannya empuk tapi agak amis, pun dengan dimsumnya sehingga suami yang sangat peka dengan penciumannya tidak menyentuh sama sekali salah satu jenis dimsumnya. Tapi si adek si menghabiskan bebeknya sampai tak tersisa.

Ayam bawang putih meski agak keras tapi rasanya lumayan, porsinya bisa untuk dua orang. Teh tarik dan bubble gum ice juga lumayan. Sayang sekali tidak ada menu kopi yang beragam seperti cappucino dkk,  hanya ada kopi hitam. Bahkan menu minuman panasnya bisa dihitung dengan jari dibandingkan menu minuman dingin/es. Sepertinya memang restauran ini lebih berfokus pada minumannya karena ada banyak sekali jenis minuman dengan tampilan tampilan menarik.

Kafe ini memang lebih menjual kecantikannya,  baik dari dekorasi ruangan ataupun penampilan makanan minumannya. Tak heran pengunjung sibuk foto dan selfie di berbagai sudut karena keindahannya, termasuk saya 😂



Tapi jangan salah di siang hari menurut seorang teman yang datang di siang hari pemandangannya biasa saja, tidak seindah malam yang penuh lampu kelap kelip.  Kalau ingin mendapatkan pengalaman romantis dan lebih berkesan datanglah di malam hari 😊

Pada saat kami datang di waktu weekend terdapat penampilan musik akustik yang sangat merdu,  saya terhibur karena pilihan lagunya pas dan merdu.

Untuk harga kami sepakat, mihill, dua kali lipat dari harga restauran pada umumnya. Sebenarnya sudah beberapa teman mengatakan hal yang sama. Tapi karena penasaran dan kebetulan saya sedang berulangtahun makanya kami coba. Mungkin hanya untuk pengalaman sekali seumur hidup saja bagi kami 😁😬

Hmm...  setidaknya restauran ini memiliki kupon promo (cashback voucher) yang bisa meringankan😁. Setiap pembelian minimal tiga ratus ribu akan mendapatkan potongan lima puluh ribu untuk kedatangan berikutnya.

Ga penasaran lagi deh kl udah coba 😁😅 Terima kasih ayah traktirannya.





Sabtu, 29 April 2017

Teknik pijat/totok punggung yang bisa dilakukan sendiri di rumah

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan singkat mengenai pijat/totok khususnya untuk anak, ini laporannya.

Ibu Siti Jariatin yang biasa dipanggil Ummi adalah herbalis hpai yang memberikan materi pada kami. Materi berfokus pada bagaimana penanganan anak sakit dengan menggunakan herbal dan pijat pada anak. Saya hanya akan membahas bagian pijat karena untuk penanganan anak sakit pembahasannya panjang dan banyak yang saya lupa 😁.


Pijat/ totok yang diajarkan disini berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengurangi resiko suatu penyakit. Menurut Ibu Siti kita bisa melakukannya setiap hari di rumah pada anak dan suami.

Caranya adalah:
1. Posisi saat di totok bisa duduk atau tidur tengkurap

2. Sebaiknya dilakukan dengan membuka baju, totok bersentuhan langsung dengan kulit.

3. Oleskan minyak zaitun/ minyak but but Pak Haji (HPAI), minyak telon/atau sejenisnya pada punggung.

4. Untuk anak posisi jari yang akan memijat adalah tiga jari yang disatukan

Sedangkan untuk pijat pada orang dewasa dilakukan dengan dua jari atau menggunakan siku agar tenaganya lebih kuat.

5. Cari tulang punggung anak, lalu mulai kita totok dengan tiga jari di bagian kanan dan kiri tulang punggung dari atas ke bawah dengan cara ditekan lembut (istilahnya diuyek). Bila pijat dilakukan pada anak yang lebih kecil (batita) kurangi tekanan totok.


6. Lalu pindah totok ke bagian tulang belikat.

Tulang belikat adalah bagian atas punggung di ujung kanan dan kiri punggung manusia. Totok sepanjang kanan dan kiri tulang belikat. Bagian ini adalah bagian sekitar paru paru. Kalau bagian paru paru bermasalah atau masuk angin baik dilakukan totok di bagian ini.

7. Pindah ke bagian pinggang ke bawah. Totok dengan satu jari (jempol) secara vertikal,  atas ke bawah dari pinggang sampai pantat. Patokannya tetap tulang punggung.  Kita pijat di bagian kanan dan kiri tulang punggungnya. Bagian pinggang ini adalah bagian yang berhubungan dengan ginjal. Menurut Ummi orang yang suka mengkonsumsi soft drink,  minuman keras,  atau narkoba biasanya terdapat 'grinjil' (Benjolan) di bagian ini saat kita pijat.

8. Pijat bagian lengkung pantat, kiri dan kanan

Menurut pengalaman Ummi anak yang hiper aktif menjadi lebih tenang setelah dilakukan terapi pijat setiap hari oleh sang ibu. Tentu saja pijat ini bisa diakukan kepada semua anak, bukan hanya anak hiper aktif. Oleh karenanya pijat ini disarankan dilakukan setiap hari kepada anak.

Sebaik baiknya pijat dilakukan oleh ibu kepada anaknya atau istri kepada suaminya 😊 Sentuhan langsung kepada anak merupakan bukti kasih sayang kita kepada mereka dan akan mendekatkan hubungan batin.  Ini terbukti banget anak anakku dekat dengan neneknya karena kalau ketemu sering dipijat, hampir tiap mau tidur 😄 (nenek rajin banget sih 😆😅)

Berdasar praktek yang sudah saya coba anak anak pastinya sangat suka setelah ditotok punggung sampai tertidur. Kalau suami sendiri katanya ga kerasa, mungkin karena tenaga saya kurang 😅

Teknik pijat tentu ada berbagai variasi. Yang saya share adalah teknik pijat punggung yang saya dapatkan dari training. Tidak harus seperti ini tentunya. Bagaimana dengan teman teman?  Boleh komen ya berbagi ilmu dan pengalamannya 😊😃

#Terima kasih kepada Ibu Zaki yang sudah mengadakan training ini secara cuma cuma. Jazakallahu khairaann kaatsiraann... #



Jumat, 21 April 2017

Imah Nini, nilai A+ Kafe Bercitarasa Tinggi

Dari beberapa kafe kopi yang kami coba di Bogor, tempat ini mendapatkan peringkat utama soal rasa bagi kami.


Imah Nini adalah kafe yang menyediakan berbagai jenis kopi, makanan dan kue/camilan yang dapat dijadikan oleh oleh. Ini kafe favorit kami sekeluarga, selain karena rasa kopi dan makanannya yang endeusss, variatif,  pelayanan cepat juga karena letaknya yang bersebrangan dengan tempat saya mengajar.

Letaknya di Jalan Bangbarung/Achmad Sobana,  kawasan kuliner Bogor. Angkutan umum yang lewat ada 09 berwarna hijau jurusan BTM-Jambu dua.


Spesialisasinya tentu kopi dengan berbagai teknik, vietnam dripp,  espresso, tubruk dan masih banyak lagi. Buat suami yang pecinta kopi sebenernya kopinya enak tapi kurang kuat. Istilahnya kurang bisa bikin 'melek'.

Tapi hmmm...  Minuman lainnya ga kalah enak,  favorit kami adalah green tea latte. Kemarin baru coba hot chocolate sama red velvetnya juga enak banget. Coklatnya bener bener terasa,  cocok untuk pecinta coklat seperti saya.




Makanan yang selalu kami pesan kentang goreng pastinya,  karena itu yang paling familiar di mulut anak-anak, kentang goreng bertabur keju. Rice steemed atau nasi panggang nya, baik rasa sapi atau ayam dua duanya enak banged, keju nya terasa tapi memang agak pedas. Karena anak-anak ga kuat pedas jadi mereka cuma icip icip aja.  Kemarin kita coba somaynya, ternyata yang keluar menurut saya adalah batagor tapi rasanya enak hanya porsinya kurang 😁



Pelayanan untuk minuman bisa dibilang cepat dan baristanya kalau kami perhatikan profesional,  membuat kopi dengan standar yang betul.

Menunya variatif dalam ukuran yang pas. Kita sebagai pengunjung punya cukup banyak pilihan namun tidak sampai bingung dibuatnya.



Kafe ini memiliki ruangan dengan ukuran yang menurut saya pas, tidak terlalu luas namun cukup untuk menampung sekitar 70 orang.  Bagian bawah adalah daerah tanpa asap rokok.

Bagian atas bisa digunakan untuk anda yang ingin merokok.



Baik bagian atas maupun bawah keduanya sangat nyaman dengan gaya vintage dan sentuhan klasik.  Berbagai aksesori dari berbagai negara menghiasi ruangan dengan apik. Anak-anak sangat suka dengan berbagai hiasan yang ada disana, dari mulai mencoba berbagai topi yang dipajang di kafe, melihat lihat hiasan yang unik,  dan favoritnya duduk santai di kursi goyang pastinya.




Dengan lantunan musik slow yang terdengar samar samar pengunjung terlihat betah berlama lama di kafe, sekedar untuk mengerjakan tugas dengan laptopnya atau berbincang santai bersama teman.

Nilai plus lainnya untuk kafe ini juga menyediakan berbagai kue dan camilan yang bisa dijadikan oleh oleh. Kalau saya sudah coba kue bolu fruit cake dan singkongnya, enak banget, harganya cukup terjangkau dari mulai 25ribu sampai 30ribuan per dus nya.



Sejauh ini Imah Nini adalah kafe favorit kami,  sangat memuaskan,  nilai A+ untuk rasa makanan dan minumannya. Semuanya diracik dengan apik, meninggalkan kesan cantik untuk ingin terus kembali lagi.

Jumat, 14 April 2017

Memberdayakan Tempat Sampah Organik dan Anorganik di Rumah

Sudah satu minggu ini tempat sampah di rumah terbagi menjadi dua bagian 'sampah organik' dan 'sampah Anorganik'.

Berawal dari ajakan di sekolah kakak. Kebetulan sekolah kakak adalah sekolah berbasis lingkungan dan alhamdulillah telah mendapatkan predikat dan penghargaan Sekolah Adiwiyata,  sekolah yang berbasis lingkungan, se kota Bogor.

Salah satu programnya kemudian ingin mengajak siswanya untuk menerapkan gaya hidup cinta lingkungan tidak hanya di sekolah namun juga diterapkan di rumah masing masing. Salah satunya dengan memisahkan sampah di rumah menjadi dua bagian, organik dan anorganik.

Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau.  Contohnya adalah makanan dan daun.  Sampah ini kemudian dapat dijadikan pupuk atau kompos.

Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari produk non hayati dan tidak dapat diuraikan oleh alam (wikipedia.co.id). Contohnya adalah botol, plastik, kaleng.

Gerakan memilah sampah sebenarnya sudah pernah saya lakukan beberapa tahun yang lalu namun gagal, hanya bertahan beberapa lama dikarenakan :
1.Tidak ada dukungan keluarga
2.Terpatahkan oleh teori "nanti pas dikumpulin di tukang sampah juga disatuin ", jadi merasa sia sia.
3.Males ribet

Dukungan keluarga dan komitmen bersama itu sangat penting. Kalau cuma kita yg buang sampah secara terpisah sama aja bohong kan...  😉 Makanya waktu si kakak yang inisiatif bilang "Bunda,  kata bu guru tempat sampah harus dipisah". Waw seperti gayung bersambut dong,  keinginan saya dari dulu untuk memisahkan sampah minimal didukung satu anggota keluarga.  Lalu karena ini menjadi seperti sebuah pr dari sekolah,  mau ga mau ayah pun nurut. Sang adik justru semangat mensukseskan program ini,  karena fitrahnya adik selalu ikut ikutan kakaknya 😄 Bibi yang kerja di rumah otomatis menyesuaikan.

Langsung lah saya segera membeli satu buah tempat sampah lagi (selama ini cuma ada satu 😅). Mumpung ada instruksi dari sekolah segera laksanakan, karena anak anak lebih segan kalau tidak menuruti gurunya 😁.

Ribet iya, karena lebih enak kalau kita buang sampah ga pake mikir,  tinggal plung... Plung... Kalau sekarang saya inget inget dulu.. Ini dimasukkin ke sebelah kiri (organik)  atau kanan (anorganik)  ya..  Bahkan ada beberapa jenis sampah yang saya masih bingung masuk kemana,  misalnya kertas dan tisu. Karena kebingungan itu akhirnya bunda kembali mencari tahu mana yang termasuk organik dan anorganik. Usut punya usut, ternyata kertas itu sebenarnya masuk ke dalam sampah organik namun karena kertas dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan daur ulang jadi seringkali dimasukkan ke dalam anorganik. Jadi saat ini saya putuskan untuk memasukkan sampah kertas ke dalam sampah anorganik. Siapatau bisa dimanfaatkan kembali oleh pengelola sampah.

Oiya berbicara mengenai pengelolaan sampah pada akhirnya, sebetulnya saya juga ragu apakah sampah yang sudah saya pilah ini akan dipisah juga oleh Tempat Pengelola Sampah 'TPS'. Kezel ya kalo kita udah pilah ternyata ujung ujungnya disatuin juga. Tapi ya sudahlah yang penting kita sudah berusaha untuk yang terbaik. Semoga pemerintah pun berusaha yang terbaik apalagi kalau sudah melihat masyarakatnya berusaha yah 😊. Siapatau kalau ada pemulung yang lewat dan ambil sampah anorganik kita bisa dipakai untuk dimanfaatkan kembali.

Yang paling menarik dari pembiasaan memilah sampah ini adalah pendidikan bagi anak anak. Kakak dan adek sudah mengerti sedikit sedikit mana yang termasuk organik dan anorganik. Namun mereka seringkali masih bertanya "bunda, ini masuk kemana,  yang tempat sampah pink ya,  yang organik? ".. Lucu sekaligus bahagia melihat anak anak bisa berkembang menjadi anak anak yang peduli lingkungan.  Bahkan si adek yang mengingatkan bibi yang kerja di rumah,  "Bi,  sekarang tempat sampahnya udah dibagi dua ya. Kalau yang makanan dibuangnya kesini (sambil menunjuk tempat sampah pink) ". Bibi pun tersenyum.

Mengapa kita perlu memilah sampah? Agar sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali! Kalau kita menyatukan semuanya maka sampah anorganik akan rusak oleh sampah sampah organik dan tidak dapat dimanfaatkan kembali. Sampah anorganik diharapkan dapat didaur ulang,  dikelola kembali, misalnya menjadi karya karya kreatif. Di sekolah kakak misalnya, setiap murid diwajibkan untuk membuat barang kreatif seperti tas dari barang yang tidak terpakai. Kami pun memutuskan untuk membuat tas dari kardus susu yang memang sudah selesai kami gunakan. Dengan sedikit kreatifitas lalu kita tambahkan pernak pernik lain sehingga menjadi tas yang cantik.



Sampah organik tentunya diharapkan bisa menjadi pupuk. Kalau saya jujur belum bisa ke tahap ini,  hehe... Sekolah kakak sudah melaksanakannya. Di sekolahnya ada alat pembuat pupuk yang sengaja diadakan untuk mewujudkan sekolah peduli lingkungan, dengan mengelola sampah menjadi pupuk. Pupuk tersebut kemudian digunakan kembali untuk membuat tanaman tumbuh subur.

Bagi keluarga lain mungkin gerakan ini sudah diterapkan sejak lama. Tapi saya yakin masih banyak keluarga yang tidak menerapkannya. Ide memisahkan sampah mungkin terlihat berlebihan, terlalu idealis.  Untuk keluarga kami ini adalah permulaan (kembali). Tidak ada kata terlambat untuk semua perbuatan baik. Sejauh ini terlihat baik baik saja, semoga akan seterusnya menjadi kebiasaan baik selamanya.  Semoga.